Kamis, 29 Juli 2021

WASPADA HAMA WERENG PADA TANAMAN JAGUNG

Oleh : Sri Hadiawati, SP

Mengenal Hama Wereng Jagung

Wereng Jagung (Peregrinus Maidis Ashm) adalah salah satu hama minor di tanaman jagung, namun keberadaan patut diwaspadai karena potensi kehilangan hasil yang disebabkan oleh serangan wereng ini bisa mencapai 70 %, hal ini disebabkan wereng ini menghisap cairan tanaman sehingga menyebabkan daun mengering dan bisa menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan tidak menghasilkan tongkol yang sempurna selain itu hama ini juga diketahui sebagi vektor beberapa jenis virus diantaranya MMV (Maize Mosaic Rhabdovirus) dan MStV (Maize Tenui virus) , walaupun belum ada laporan tentang kerugian yang serius karena serangan hama ini karena umunya serangannya pada umur 47 - 73 HST yang mana telah melewati fase kritis tanaman jagung, sehingga kerugian yang disebabkan tidak terlalu signifikan, walaupun beberapa tahun terakhir ada laporan bahwa wereng jagung juga ditemukan pada fase vegetatif 15 - 42 HST.
Wereng jagung Peregrinus maidis Ashmead adalah serangga hama yang hidup pada tanaman jagung. Serangga ini mempunyai nama synonim antara lain Delphax maidis Ashmead, Delphax psylloides Lethierryi, dan Pundaluoya simplicia Distant. Serangga ini masuk dalam famili Delphacidae, genus Peregrinus dan specsies maidis. Serangga ini tidak saja merusak tanaman jagung dan sorgum, tetapi juga dapat menularkan penyakit sejenis virus yang disebut penyakit MMV (maize mosaic rhabdovirus) dan penyakit MStV (maize tenuivirus), Serangga ini mempunyai banyak inang walupun niche utamanya adalah jagung dan sorgum. Serangga ini dapat juga bertahan hidup pada beberapa rerumputan dari jenis rumput navier Pennisetum purpureum Schumach, rumput vasey Paspalum urvillei Steud, tanaman tebu Saccharum officinarum L, dan sorgum. Serangga ini ditemukan juga pada rumput coarse.

Siklus Hidup Wereng Jagung

Wereng Jagung betina bertelur 20-30 telur di dalam pelepah daun tanaman inang mereka. Dalam kondisi normal, perkembangan dari penetasan ke dewasa membutuhkan waktu sekitar 20 hari. Namun, perkembangan nimfa wereng jagung sangat tergantung pada suhu. Perkembangan normal terjadi antara 20-27 ° C dan memiliki lima tahap nimfa (remaja). Suhu ekstrem (di bawah 10 ° C dan di atas 30 ° C) mengakibatkan hilangnya instar kelima dan ganti kulit langsung dari instar keempat ke dewasa, tetapi perkembangan penuh hingga 74 hari. Wereng jagung ini mampu mereproduksi sepanjang tahun, tetapi perkembangannya dipengaruhi oleh perubahan suhu. Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan adalah ketersediaan nutrisi. Peningkatan kadar pupuk Nitrogen dalam jaringan tanaman menghasilkan waktu pengembangan yang lebih singkat, lebih banyak telur yang dihasilkan, dan peningkatan tingkat kelangsungan hidup nimfa dan Imago.

Gejala Serangan Wereng Jagung

Wereng jagung menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan tanaman inangnya, gejala serangan pada daun tampak bercak bergaris kuning, garis-garis pendek terputus-putus sampai bersambung terutama pada tulang daun kedua dan ketiga. Daun tampak bergaris kuning panjang, begitu pula pada pelepah daun. Pertumbuhan tanaman akan terhambat, menjadi kerdil, tanaman menjadi layu dan kering (hopper burn). Selain itu hama ini juga sebagai vektor untuk beberapa jenis virus diantaranya MMV (Maize Mosaic Rhabdo virus) dan MStV (Maize Tenui virus)

Pengendalian Serangan Wereng Jagung

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya :
  1. Menanam varietas yang tahan
  2. Tanam serempak untuk meminimalkan serangan.
  3. Membersihkan rumput-rumput yang mejadi inang alternative dari hama ini.
  4. Mengurangi penggunaan pupuk Nitrogen (urea dan ZA) karena penggunaan pupuk nitrogen yang tinggi dapat menyebabkan hama ini berkembang dengan cepat.
  5. Jarak tanam jangan terlalu rapat, untuk menjaga sirkulasi udara
  6. Jika serangan tinggi lakukan pengendalian dengan cara kimia, gunakan pestisida yang tepat salah satunya dengan menggunakan insektisida berbahan aktif pimetrozin 50 % yang bersifat sistemik dengan cara menghambat aktivitas makan serangga.

by Sri Hadiawati, SP.

Referensi :
https://www.pejuangpangan.com/2019/02/mewaspadai-serangan-wereng-jagung.html
picture by srihadiawati_bpppare

 

Jumat, 28 Mei 2021

PENGENALAN DAN PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK SPODOPTERA FRUGIPERDA (FAW) PADA TANAMAN JAGUNG

 (Oleh : Sri Hadiawati, SP)

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas tanaman yang memiliki peran penting untuk pemenuhan kebutuhan pangan manusia. Jagung juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pakan ternak. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk mengembangkan budidaya tanaman jagung agar produksi meningkat.

Kamis, 29 April 2021

KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN

Edisi Sinau Bareng Kelompok Tani


PENGENALAN DAN PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK
SPODOPTERA FRUGIPERDA (FAW) PADA TANAMAN JAGUNG
DI KELOMPOK TANI SIDO MAKMUR DESA TERTEK KECAMATAN PARE

(Oleh : Sri Hadiawati, SP)



Edisi Sinau Bareng Kelompok Tani dalam rangka kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh PPL di wilayan BPP Kecamatan Pare pada hari Selasa tanggal 27 April 2021 dilaksanakan di Kelompok Tani Sido Makmur Desa Tertek.

Kamis, 25 Juni 2020

PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH RUMAH TANGGA

By : Sri Hadiawati, SP BPP_Pare


Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia. Sampah organik dikategorikan sebagai  sampah yang ramah lingkungan bahkan bisa diolah kembali menjadi pupuk yang berguna bagi tanaman jika dikelola dengan tepat. Tetapi jika sampah tersebut tidak dikelola dengan baik dan benar akan menimbulkan penyakit dan bau yang kurang sedap yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik.

Cara pembuatan pupuk organik dari sampah rumah tangga hanya untuk orang-orang yang tidak gampang jijik dikarenakan bahan-bahan yang akan kita gunakan dalam pembuatan pupuk organik cair adalah limbah rumah tangga yang bentuk dan rupanya tidak sejuk di mata. Belum lagi aromanya yang mungkin akan sangat mengganggu. Meski demikian jika anda memang berniat, persoalan ini bisa disiasati dengan menggunakan masker dan sarung tangan.

Banyak pilihan dan cara membuat kompos skala rumah tangga. Ada yang dipendam di dalam tanah, ada yang dapat diputar untuk memudahkan pengadukan dan aerasi, ada yang menggunakan kotak kayu, atau bahkan memanfaatkan keranjang pakaian kotor (takakura). Komposter dapat dibuat sendiri atau membeli dalam bentuk jadi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar pembuatan kompos berjalan dengan baik adalah :

1.    Potong kecil-kecil seluruh bahan kompos. Semakin kecil akan semakin kecil akan semakin baik karena akan mempercepat proses dekomposisi.

2.    Aduk bahan kompos agar aerasi berjalan optimal, khususnya saat kompos terlalu panas. Selain itu proses dekomposisi membutuhkan oksigen. Kekurangan oksigen menyebabkan terjadinya proses anaerob yang dapat menimbulkan bau tidak sedap.

3.    Jika tersedia, tambahkan dekomposer atau aktivator. Gunakan air gula atau molase (tetes tebu) atau air kelapa untuk mengaktifkan mikroba dengan cepat

4.    Jaga campuran kompos agar selalu dalam keadaan lembab

5.    Gunakan sampah kering untuk menjaga rasio C/N dan kelembaban

6.    Selektif menggunakan limbah hewani. Limbah hewani seperti daging dan ikan mudah busuk dan menimbulkan baau tidak sedap. Bau ini juga menyebabkan lalat berdatangan, lalu bertelur sehingga banyak muncul belatung. Pembuatan kompos dari hewani akan lebih aman dilakukan dengan memanfaatkan lubang biopori.

Demikianlah langkah-langkah membuat pupuk organik dari sampah organik rumah tangga. Kita tidak akan tahu mudah atau sulit kalau tidak mencoba.

Jadi selamat mencoba yaa....!!!!

Referensi :

https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/pengertian-dan-pengelolaan-sampah-organik-dan-anorganik-13
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/90356/Cara-Membuat-Pupuk-Organik-Cair-Dari-Sampah---Limbah-Rumah-Tangga/
Soeleman,S dan Rahayu, D. 2013. Halaman Organik Mengubah Taman Rumah menjadi Taman Sayuran Organik untuk Gaya    Hidup Sehat. Agro Media Pustaka. Jakarta. 162 hal.

Kamis, 16 April 2020

GERAKAN PENGENDALIAN HAMA WBC DI POKTAN SIDO RUKUN DESA TERTEK KECAMATAN PARE

Oleh : Sri Hadiawati, SP.


Berdasarkan hasil pengamatan dan pemantauan oleh PPL dan POPT telah ditemukan adanya populasi hama WBC migran yang melebihi ambang ekonomi di wilayah Poktan  Sido Rukun Desa Tertek. Setelah berkoordinasi dengan pengurus poktan, Penyuluh Pertanian BPP Kecamatan Pare dan POPT bersama petani melakukan gerakan pengendalian hama WBC atas dukungan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri berupa bantuan insektisida.


Gerakan bersama oleh kelompok tani diwilayah yang terserang WBC tersebut dilaksanakan pada tanggal 8 April 2020. Pengendalian hama wereng ini menggunakan insektisida berbahan aktif BPMC bantuan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri.


Hama Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stall) merupakan hama utama pada tanaman padi karena kerusakan yang diakibatkan cukup luas. Hama ini sering menyerang tanaman padi muda hingga masa panen. Hama WBC harus segera ditangani pengendaliannya karena jika terabaikan akan berdampak menurunkan produksi padi bahkan bisa gagal panen.
Hama WBC biasanya berawal dari WBC migran pada awal fase pembentukan anakan tanaman padi. Setelah menetap, WBC berkembang biak secara eksponensial satu atau dua generasi pada tanaman padi vegetatif tergantung pada saat migrasinya. Apabila migrasi terjadi pada umur 2-3 minggu setelah tanam, maka WBC dapat berkemabang biak sebanyak dua generasi.
Hal ini dapat diuraikan dalam siklus hidup WBC sebagai berikut :

G-0 merupakan tahap migran, serangga migran menyerang padi , setelah menetap dan berkembang biak menjadi G-1  (generasi pertama). Betina dewasa pada generasi pertama biasanya berbentuk serangga bersayap pendek dan berkembang biak menjadi G-2 yaitu tahap perusak (generasi kedua). Sejumlah besar serangga dewasa bersayap panjang muncul dan berpindah. Jika pada hamparan yang sama terdapat area padi yang baru ditanami maka akan terjadi imigrasi WBC dari tanaman generatif tersebut.
Kerusakan dapat terjadi pada tanaman padi tergantung pada :
  1. Populasi awal wbc saat migrasi
  2. Umur tanaman saat terjadinya migrasi
  3. Varietas padi
  4. Keadaan iklim
  5. Pemupukan yang tidak berimbang
  6. Penggunaan pestisida yang tidak benar
Strategi Pengendalian Wereng Batang Coklat :
  • Pengamatan intensif dilakukan minimal 1 minggu sekali
  • Waspadai daerah endemis
  • Waspadai adanya populasi WBC dipersemaian dan tanaman muda
  • Koordinasikan gerakan pengendalian dan penyuluhan dengan PPL dan POPT setempat

Referensi :
http://www.agrotani.com/siklus-hamawereng-coklat-pada-tanaman-padi-2
http://www.artikel.com/hama-wereng-batang-cokelat-padi-dan-cara-pengendaliannya/
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID...


Kamis, 13 Februari 2020

GERAKAN PENGENDALIAN HAMA TIKUS SERENTAK DI POKTAN SUKA USAHA DESA SAMBIREJO KECAMATAN PARE


Gerakan pengendalian hama secara serentak pada hari Kamis tanggal 13 Pebruari 2020 di wilayah Kabupaten Kediri termasuk Kecamatan Pare yang dilaksanakan di wilayah Poktan Suka Usaha Desa Sambirejo adalah salah satu upaya pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri dalam rangka mengendalikan serangan hama tikus. Hama tikus selalu menjadi masalah bagi petani. Akibat serangan hama ini petani akan mengalami kehilangan hasil panen. Serangan hama tikus terjadi hampir setiap musim tanam. Tikus sawah (Rattus argentiventer) adalah jenis hama pengganggu pertanian utama dan sulit dikendalikan karena tikus itu mampu "belajar" dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan sebelumnya. Tikus memiliki indra penciuman yang berkembang dengan baik. Dengan kemampuan ini tikus dapat menandai wilayah pergerakan tikus lainnya mengenali jejak tikus yang tergolong dalam kelompoknya.

Kamis, 14 Maret 2019

Pengendalian Penyakit Kresek (Hawar Daun Bakteri)

Oleh : Sri Hadiawati, SP.



Penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit padi utama yang tersebar di berbagai ekosistem padi di negara-negara penghasil padi, termasuk di Indonesia. Penyakit disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogen ini dapat mengenfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau lobang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis yang apabila terjadi pada tanaman muda mengakibatkan mati dan pada tanaman fase generative mengakibatkan pengisian gabah menjadi kurang sempurna.

GEJALA DAN DAMPAK PENYAKIT

Bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek. Gejala kresek sangat mirip dengan gejala sundep yang timbul akibat serangan penggerek batang pada fase tenaman vegetatif. Pada tanaman dewasa penyakit hawar daun bakteri menimbulkan gejala hawa (blight). Baik gejala kresek maupun hawar, gejala dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering (Gambar 1). Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen. 
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENYAKIT
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu penyakit hawar daun bakteri sering timbul terutama pada musim hujan. Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitrogen secara berlebihan, gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermiten).
PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
1.   Teknik Budidaya
Penanaman Benih dan bibit sehat. Mengingat patogen penyakit HDB dapat tertular melalui benih maka sangat dianjurkan pertanaman yang terinfeksi penyakit HDB tidak digunakan sebagai benih. Bibit yang sudah terinfeksi /bergejala penyakit HDB sebaiknya tidak ditanam.
Cara tanam. Untuk memberikan kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap perkembangan penyakit HDB sangat dianjurkan tanam dengan system Legowo dan .menggunakan system pengairan secara berselang (intermitten irrigation). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban disekitar kanopi pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antar tanaman sebagai media penularan pathogen.
Pemupukan . Pupuk Nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit HDB. Artinya pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh karena itu agar perkembangan penyakit dapat ditekan dan diperoleh produksi yang tinggi disarankan menggunakan pupuk N dan K secara berimbang dengan menghindari pemupukan N terlalu tinggi.
Sanitasi lingkungan . Mengingat pathogen dapat bertahan pada inang alternative dan sisa-sisa tanaman maka sanitasi lingkungan sawah dengan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternative dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi merupakan usaha yang sangatdianjurkan.
Pencegahan . Untuk daerah endemik penyakit HDB disarankan menanam varietas padi yang memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB. Pencegahan penyebaran penyakit perlu dilakukan dengan cara antara lain tidak menanam benih yang berasal dari pertanaman yang terserang penyakit , mencegah terjadinya infeksi bibit melalui luka dengan tidak melakukan pemotongan bibit dan menghindarkan pertanaman dari naungan.
2.  Cara Pengendalian Penyakit HDB dengan Varietas Tahan
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang selama ini dianggap paling efektif adalah dengan varietas tahan. Namun teknologi ini dihambat oleh adanya kemampuan bakteri patogen membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen yang menyebabkan ketahanan varietas tidak mampu bertahan lama. Adanya kemampuan pathogen bakteri Xoo membentuk patotipe baru yang lebih virulen juga menyebabkan pergeseran dominasi patotipe pathogen ini terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkab varietas tahan disuatu saat tetapi rentan di saat yang lain dan tahan di suatu wilayah tetapi rentan di wilayah lain. Sehubungan dengan sifat -sifat yang demikian ini maka pemantauan dominasi dan komposisi patotipe bakteri Xoo di suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) menjadi sangat diperlukan sebagai dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah. Peta penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan penanaman suatu varietas disuatu wilayah berdasarkan kesesuaian sifat tahan varietas terhadap patotipe yang ada di wilayah tersebut. Mengingat tahan terhadap patotipe tertentu bisa jadi tidak tahan (rentan) terhadap patotipe yang lain. Pada daerah yang dominan HDB patotipe III disarankan menanam varietas yang tahan terhadap patotipe III, daerah dominan patotipe IV disarankan menanam varietas tahan patotipe IV dan dominan patotipe VIII disarankan menanam varietas tahan patotipe VIII .

Referensi :

http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-berita/info-teknologi/pengendalian-penyakit-kresek-dan-hawar-daun-bakteri