Edisi Sinau Bareng Kelompok Tani
SPODOPTERA FRUGIPERDA (FAW) PADA TANAMAN JAGUNG
DI KELOMPOK TANI SIDO MAKMUR DESA TERTEK KECAMATAN PARE
Edisi Sinau Bareng Kelompok Tani dalam rangka kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh PPL di wilayan BPP Kecamatan Pare pada hari Selasa tanggal 27 April 2021 dilaksanakan di Kelompok Tani Sido Makmur Desa Tertek.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas tanaman yang memiliki peran penting untuk pemenuhan kebutuhan pangan manusia. Jagung juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pakan ternak. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk mengembangkan budidaya tanaman jagung agar produksi meningkat.
Salah satu kendala
dalam budidaya tanaman jagung adalah adanya organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
diantaranya ulat grayak Spodoptera
frugiperda. Gejala serangan S. frugiperda
terlihat pada bagian daun muda yang masih menggulung terdapat lubang-luang
bekas gigitan dan adanya kotoran. Adanya telur ulat S. Frugiperda pada bagian daun dan terkadang di batang serta
larva yang memiliki ciri khas yaitu
adanya huruf Y terbalik pada bagian kepala dan empat titik yang membentuk
segmen kedua dari belakang.
Spodoptera frugiperda merusak
tanaman jagung dengan
cara larva mengerek
daun. Larva instar 1
awalnya memakan jaringan
daun dan
Kerusakan
pada tanaman biasanya ditandai dengan bekas gerekan larva, yaitu terdapat
serbuk kasar menyerupai serbuk gergaji pada permukaan atas daun, atau disekitar
pucuk tanaman jagung.
Gejala Awal dari
serangan FAW mirip dengan gejala
serangan hama-hama lainnya pada tanaman
jagung. Jika larva merusak pucuk,
daun muda atau
titik tumbuh tanaman,
dapat mematikan tanaman. Di
negara-negara Afrika, kehilangan
hasil tanaman jagung
akibat
serangan FAW antara 4 sampai 8 juta
ton per tahun dengan nominal
kerugian antara US$ 1 - 4,6 juta per
tahun. Infestasi ulat grayak
pada tanaman jagung saat
daun muda yang masih menggulung
menyebabkan kehilangan hasil
15-73% jika populasi
tanaman terserang 55-100%.
A: 100-200 butir telur diletakkan pada daun bawah dekat dasar tanaman, dekat batas antara daun dan batang. Telur biasanya dilindungi oleh sejenis lapisan pelindung yang berasal dari bagian tubuh ngengat setelah bertelur. Apabila populasi tinggi telur dapat diletakkan di bagian tanaman yang lebih tinggi atau bahkan tanaman lain.
B:
Tahap Perkembangan 1-3.
C: Tahap Perkembangan 4-6. Saat tahap perkembangan larva instar 3-6, larva masuk ke bagian yang terlindungi (daun muda yang mengulung) dan membuat kerusakan sehingga calon daun akan berlubang. Larva yang memakan titik tumbuh dapat menghambat pertumbuhan daun baru dan tongkol. Biasanya hanya ditemukan 1-2 larva dalam satu bagian, karena FAW bersifat kanibal saat besar untuk mengurangi kompetisi.
Pengendalian :
Tindakan
pencegahan dilakukan dengan memilih benih yang memiliki daya kecambah yang
baik, bebasdari penyakit dan varietas tahan serta menghindari terlambatnya
waktu tanam karena penanaman yang tidak seragam pada satu lahan akan
menyebabkan hama terus ada. Petani hendaknya melakukan pengamatan rutin
sehingga jika muncul serangan hama bisa dilakukan tindakan sedini mungkin.
Tindakan pengendalian dapat dilakukan secara :
1. Mekanis :
Mencari dan
membunuh larva dan telur dengan cara dihancurkan menggunakan tangan. Bisa juga
dengan menggunakan abu, pasir, serbuk gergaji atau tanah yang ditaburkan pada
bagian daun muda yang menggulung
2. Menggunakan
Agensia hayati
Musuh alami
merupakan bagian penting dalam pengendalian hama secara terpadu. Agensia hayati
terdiri dari predator pemangsa, parasitoid yang tahap larvanya merupakan
parasit serangga lain (FAW)
3. Kimia
Pengendalian
menggunakan insektisida kimia yang tepat yaitu yang berbahan aktif emamektin
benzoat. Dosis penggunaan juga harus tepat yakni 400-600 liter/ha serta
penyemprotan harus tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran.
Penulis : Sri Hadiawati, SP.
Referensi
:
https://diperpautkan.bantulkab.go.id
https://pertaniankulonprogokab.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar