Jumat, 28 Mei 2021

PENGENALAN DAN PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK SPODOPTERA FRUGIPERDA (FAW) PADA TANAMAN JAGUNG

 (Oleh : Sri Hadiawati, SP)

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas tanaman yang memiliki peran penting untuk pemenuhan kebutuhan pangan manusia. Jagung juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pakan ternak. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk mengembangkan budidaya tanaman jagung agar produksi meningkat.

Salah satu kendala dalam budidaya tanaman jagung adalah adanya organisme pengganggu tumbuhan (OPT) diantaranya ulat grayak Spodoptera frugiperda. Gejala serangan S. frugiperda terlihat pada bagian daun muda yang masih menggulung terdapat lubang-luang bekas gigitan dan adanya kotoran. Adanya telur ulat S. Frugiperda pada bagian daun dan terkadang di batang serta larva  yang memiliki ciri khas yaitu adanya huruf Y terbalik pada bagian kepala dan empat titik yang membentuk segmen kedua dari belakang.

Spodoptera  frugiperda  merusak  tanaman  jagung  dengan  cara  larva  mengerek  daun. Larva  instar  1  awalnya  memakan  jaringan  daun  dan  meninggalkan  lapisan epidermis yang transparan. Larva instar 2 dan 3 membuat lubang gerekan pada daun  dan  memakan  daun  dari  tepi  hingga  ke  bagian  dalam.  Larva  FAW mempunyai  sifat  kanibal  sehingga  larva  yang  ditemukan  pada  satu  tanaman jagung antara 1-2, perilaku kanibal dimiliki oleh larva instar 2 dan 3. Larva instar akhir dapat menyebabkan kerusakan berat  yang  seringkali hanya menyisakan tulang daun dan batang tanaman jagung. Kepadatan rata-rata populasi 0,2 - 0,8 larva per tanaman dapat mengurangi hasil 5 - 20%. 

Kerusakan pada tanaman biasanya ditandai dengan bekas gerekan larva, yaitu terdapat serbuk kasar menyerupai serbuk gergaji pada permukaan atas daun, atau  disekitar  pucuk  tanaman  jagung.  Gejala  Awal  dari  serangan  FAW mirip dengan gejala serangan hama-hama  lainnya pada  tanaman  jagung. Jika  larva merusak  pucuk,  daun  muda  atau  titik  tumbuh  tanaman,  dapat  mematikan tanaman.  Di  negara-negara  Afrika,  kehilangan  hasil  tanaman  jagung  akibat serangan FAW antara 4 sampai 8  juta  ton per  tahun dengan nominal kerugian antara US$ 1  - 4,6  juta per  tahun.  Infestasi ulat grayak pada  tanaman  jagung saat  daun muda  yang masih menggulung menyebabkan  kehilangan  hasil  15-73%  jika  populasi  tanaman  terserang  55-100%.  

A: 100-200 butir telur diletakkan pada daun bawah dekat dasar tanaman, dekat batas antara daun dan batangTelur biasanya dilindungi oleh sejenis lapisan pelindung yang berasal dari bagian tubuh ngengat setelah bertelur. Apabila populasi tinggi telur dapat diletakkan di bagian tanaman yang lebih tinggi atau bahkan tanaman lain.

B: Tahap Perkembangan 1-3. Setelah menetas,  larva muda makan di bagian permukaan, biasanya di bagian bawah  daun.  Bagian  daun  yang  dimakan  biasanya  berwarna  semi transparan (windows). Larva muda dapat memintal benang sehingga larva dapat berpindah karena terbawa angin. Larva makan lebih aktif pada malam hari.

C:Tahap Perkembangan 4-6Saat  tahap  perkembangan  larva  instar  3-6,  larva  masuk  ke  bagian  yang terlindungi  (daun muda  yang  mengulung)  dan  membuat  kerusakan  sehingga calon  daun  akan  berlubang.  Larva  yang  memakan  titik  tumbuh  dapat menghambat pertumbuhan daun baru dan  tongkol. Biasanya hanya ditemukan 1-2  larva   dalam  satu  bagian,  karena  FAW  bersifat  kanibal  saat  besar  untuk mengurangi kompetisi.

Pengendalian :

Tindakan pencegahan dilakukan dengan memilih benih yang memiliki daya kecambah yang baik, bebasdari penyakit dan varietas tahan serta menghindari terlambatnya waktu tanam karena penanaman yang tidak seragam pada satu lahan akan menyebabkan hama terus ada. Petani hendaknya melakukan pengamatan rutin sehingga jika muncul serangan hama bisa dilakukan tindakan sedini mungkin.

Tindakan pengendalian dapat dilakukan secara :

  1. Mekanis : Mencari dan membunuh larva dan telur dengan cara dihancurkan menggunakan tangan. Bisa juga dengan menggunakan abu, pasir, serbuk gergaji atau tanah yang ditaburkan pada bagian daun muda yang menggulung
  2. Menggunakan Agensia hayati : Musuh alami merupakan bagian penting dalam pengendalian hama secara terpadu. Agensia hayati terdiri dari predator pemangsa, parasitoid yang tahap larvanya merupakan parasit serangga lain (FAW)
  3. Kimia : Pengendalian menggunakan insektisida kimia yang tepat yaitu yang berbahan aktif emamektin benzoat. Dosis penggunaan juga harus tepat yakni 400-600 liter/ha serta penyemprotan harus tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran.

Referensi :

https://medialampung.co.id

https://diperpautkan.bantulkab.go.id

https://pertaniankulonprogokab.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar