(Oleh : Sri Hadiawati, SP)
Salah satu kendala dalam budidaya tanaman jagung adalah adanya organisme pengganggu tumbuhan (OPT) diantaranya ulat grayak Spodoptera frugiperda. Gejala serangan S. frugiperda terlihat pada bagian daun muda yang masih menggulung terdapat lubang-luang bekas gigitan dan adanya kotoran. Adanya telur ulat S. Frugiperda pada bagian daun dan terkadang di batang serta larva yang memiliki ciri khas yaitu adanya huruf Y terbalik pada bagian kepala dan empat titik yang membentuk segmen kedua dari belakang.
Spodoptera frugiperda merusak tanaman jagung dengan cara larva mengerek daun. Larva instar 1 awalnya memakan jaringan daun dan
Kerusakan pada tanaman biasanya ditandai dengan bekas gerekan larva, yaitu terdapat serbuk kasar menyerupai serbuk gergaji pada permukaan atas daun, atau disekitar pucuk tanaman jagung. Gejala Awal dari serangan FAW mirip dengan gejala serangan hama-hama lainnya pada tanaman jagung. Jika larva merusak pucuk, daun muda atau titik tumbuh tanaman, dapat mematikan tanaman. Di negara-negara Afrika, kehilangan hasil tanaman jagung akibat serangan FAW antara 4 sampai 8 juta ton per tahun dengan nominal kerugian antara US$ 1 - 4,6 juta per tahun. Infestasi ulat grayak pada tanaman jagung saat daun muda yang masih menggulung menyebabkan kehilangan hasil 15-73% jika populasi tanaman terserang 55-100%.
A: 100-200 butir telur diletakkan pada daun bawah dekat dasar tanaman, dekat batas antara daun dan batang. Telur biasanya dilindungi oleh sejenis lapisan pelindung yang berasal dari bagian tubuh ngengat setelah bertelur. Apabila populasi tinggi telur dapat diletakkan di bagian tanaman yang lebih tinggi atau bahkan tanaman lain.
B: Tahap Perkembangan 1-3.
C:Tahap Perkembangan 4-6. Saat tahap perkembangan larva instar 3-6, larva masuk ke bagian yang terlindungi (daun muda yang mengulung) dan membuat kerusakan sehingga calon daun akan berlubang. Larva yang memakan titik tumbuh dapat menghambat pertumbuhan daun baru dan tongkol. Biasanya hanya ditemukan 1-2 larva dalam satu bagian, karena FAW bersifat kanibal saat besar untuk mengurangi kompetisi.
Pengendalian :
Tindakan pencegahan dilakukan dengan memilih benih yang memiliki daya kecambah yang baik, bebasdari penyakit dan varietas tahan serta menghindari terlambatnya waktu tanam karena penanaman yang tidak seragam pada satu lahan akan menyebabkan hama terus ada. Petani hendaknya melakukan pengamatan rutin sehingga jika muncul serangan hama bisa dilakukan tindakan sedini mungkin.
Tindakan pengendalian dapat dilakukan secara :
- Mekanis : Mencari dan membunuh larva dan telur dengan cara dihancurkan menggunakan tangan. Bisa juga dengan menggunakan abu, pasir, serbuk gergaji atau tanah yang ditaburkan pada bagian daun muda yang menggulung
- Menggunakan Agensia hayati : Musuh alami merupakan bagian penting dalam pengendalian hama secara terpadu. Agensia hayati terdiri dari predator pemangsa, parasitoid yang tahap larvanya merupakan parasit serangga lain (FAW)
- Kimia : Pengendalian menggunakan insektisida kimia yang tepat yaitu yang berbahan aktif emamektin benzoat. Dosis penggunaan juga harus tepat yakni 400-600 liter/ha serta penyemprotan harus tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar