Gerakan pengendalian hama secara serentak pada hari Kamis tanggal 13 Pebruari 2020 di wilayah Kabupaten Kediri termasuk Kecamatan Pare yang dilaksanakan di wilayah Poktan Suka Usaha Desa Sambirejo adalah salah satu upaya pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri dalam rangka mengendalikan serangan hama tikus. Hama tikus selalu menjadi masalah bagi petani. Akibat serangan hama ini petani akan mengalami kehilangan hasil panen. Serangan hama tikus terjadi hampir setiap musim tanam. Tikus sawah (Rattus argentiventer) adalah jenis hama pengganggu pertanian utama dan sulit dikendalikan karena tikus itu mampu "belajar" dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan sebelumnya. Tikus memiliki indra penciuman yang berkembang dengan baik. Dengan kemampuan ini tikus dapat menandai wilayah pergerakan tikus lainnya mengenali jejak tikus yang tergolong dalam kelompoknya.
Kamis, 13 Februari 2020
Kamis, 14 Maret 2019
Pengendalian Penyakit Kresek (Hawar Daun Bakteri)
Oleh : Sri Hadiawati, SP.
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-berita/info-teknologi/pengendalian-penyakit-kresek-dan-hawar-daun-bakteri
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit padi utama yang tersebar di berbagai ekosistem padi di negara-negara penghasil padi, termasuk di Indonesia. Penyakit disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogen ini dapat mengenfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau lobang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis yang apabila terjadi pada tanaman muda mengakibatkan mati dan pada tanaman fase generative mengakibatkan pengisian gabah menjadi kurang sempurna.
GEJALA DAN DAMPAK PENYAKIT
Bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek. Gejala kresek sangat mirip dengan gejala sundep yang timbul akibat serangan penggerek batang pada fase tenaman vegetatif. Pada tanaman dewasa penyakit hawar daun bakteri menimbulkan gejala hawa (blight). Baik gejala kresek maupun hawar, gejala dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering (Gambar 1). Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PENYAKIT
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu penyakit hawar daun bakteri sering timbul terutama pada musim hujan. Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitrogen secara berlebihan, gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermiten).
PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
1. Teknik Budidaya
Penanaman Benih dan bibit sehat. Mengingat patogen penyakit HDB dapat tertular melalui benih maka sangat dianjurkan pertanaman yang terinfeksi penyakit HDB tidak digunakan sebagai benih. Bibit yang sudah terinfeksi /bergejala penyakit HDB sebaiknya tidak ditanam.
Cara tanam. Untuk memberikan kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap perkembangan penyakit HDB sangat dianjurkan tanam dengan system Legowo dan .menggunakan system pengairan secara berselang (intermitten irrigation). Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban disekitar kanopi pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antar tanaman sebagai media penularan pathogen.
Pemupukan . Pupuk Nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit HDB. Artinya pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh karena itu agar perkembangan penyakit dapat ditekan dan diperoleh produksi yang tinggi disarankan menggunakan pupuk N dan K secara berimbang dengan menghindari pemupukan N terlalu tinggi.
Sanitasi lingkungan . Mengingat pathogen dapat bertahan pada inang alternative dan sisa-sisa tanaman maka sanitasi lingkungan sawah dengan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternative dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi merupakan usaha yang sangatdianjurkan.
Pencegahan . Untuk daerah endemik penyakit HDB disarankan menanam varietas padi yang memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB. Pencegahan penyebaran penyakit perlu dilakukan dengan cara antara lain tidak menanam benih yang berasal dari pertanaman yang terserang penyakit , mencegah terjadinya infeksi bibit melalui luka dengan tidak melakukan pemotongan bibit dan menghindarkan pertanaman dari naungan.
2. Cara Pengendalian Penyakit HDB dengan Varietas Tahan
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang selama ini dianggap paling efektif adalah dengan varietas tahan. Namun teknologi ini dihambat oleh adanya kemampuan bakteri patogen membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen yang menyebabkan ketahanan varietas tidak mampu bertahan lama. Adanya kemampuan pathogen bakteri Xoo membentuk patotipe baru yang lebih virulen juga menyebabkan pergeseran dominasi patotipe pathogen ini terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkab varietas tahan disuatu saat tetapi rentan di saat yang lain dan tahan di suatu wilayah tetapi rentan di wilayah lain. Sehubungan dengan sifat -sifat yang demikian ini maka pemantauan dominasi dan komposisi patotipe bakteri Xoo di suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) menjadi sangat diperlukan sebagai dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah. Peta penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan penanaman suatu varietas disuatu wilayah berdasarkan kesesuaian sifat tahan varietas terhadap patotipe yang ada di wilayah tersebut. Mengingat tahan terhadap patotipe tertentu bisa jadi tidak tahan (rentan) terhadap patotipe yang lain. Pada daerah yang dominan HDB patotipe III disarankan menanam varietas yang tahan terhadap patotipe III, daerah dominan patotipe IV disarankan menanam varietas tahan patotipe IV dan dominan patotipe VIII disarankan menanam varietas tahan patotipe VIII .
Referensi :
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-berita/info-teknologi/pengendalian-penyakit-kresek-dan-hawar-daun-bakteri
Kamis, 01 Desember 2016
KUNJUNGAN MAHASISWA UNISKA DALAM RANGKA PRAKTIKUM PHT PADI DI BPP PARE
Sesuai
surat yang dikirim oleh Dekan Fakultas Pertanian Uniska Kediri bahwa pada hari
Senin tanggal 28 Nopember 2016 mahasiswa semester V Fakultas Pertanian
Program Studi Agroteknologi berkunjung di BPP Pare untuk melaksanakan praktikum
dalam penerapan Pengendalian Hama / Penyakit Tanaman Terpadu pada tanaman padi.
Mahasiswa
uniska sebanyak 60 orang hadir di BPP Pare yang didampingi oleh Dosen
Pendamping yaitu Ir.H.Wasito, MMA., dan diterima oleh para petugas BPP Pare
antara lain Koordinator BPP beserta Penyuluh Pertanian, Petugas OPT dan Mantri
Pertanian Kec. Pare.
Lahan
demplot BPP Pare saat ini sedang
diterapkan demplot padi sistem tanam legowo pada kondisi umur tanaman 38 dan 31
hst. Padi yang ditanam adalah padi hibrida varietas Brang Biji dan padi unggul
varietas Ciherang.
Sebelum
praktek para mahasiswa diberikan arahan dan garis besar pelaksanaan praktek PHT
oleh Koordinator BPP dan Petugas OPT maupun Dosen Pendamping.
Dalam pelaksanaan praktikum di lahan sawah mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil untuk melakukan pengamatan dan menangkap organisme yang ada di pertanaman padi untuk di koleksi dan diamati serta diidentifikasi ditempat pertemuan.
Written by : Sri Hadiawati, SP.
Picture by : Setiono, SP
Dalam pelaksanaan praktikum di lahan sawah mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil untuk melakukan pengamatan dan menangkap organisme yang ada di pertanaman padi untuk di koleksi dan diamati serta diidentifikasi ditempat pertemuan.
Written by : Sri Hadiawati, SP.
Picture by : Setiono, SP
Senin, 21 November 2016
PROFIL BPP PARE TAHUN 2016
I. I. PENDAHULUAN
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pare sebagai institusi Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Kediri merupakan lembaga Pemerintah Kabupaten Kediri bertugas dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di wilayah Kecamatan Pare.
Sesuai petunjuk BPPSDMP Kementerian Pertanian Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Klasifikasi Balai Penyuluhan Kecamatan, bahwa BPP Pare mempunyai tugas, fungsi dan aktivitas sebagai berikut :
A. Tugas BPP
- Memfasilitasi penyusunan programa penyuluhan tingkat kecamatan.
- Melaksanakan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan kecamatan.
- Menyediakan akses terhadap penyebaran informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan penyuluhan dan pasar.
- Memfasilitasi pengembangan kelembagaan petani dan usahatani, pengembangan sejenisnya, kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha.
- Memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya dan penyuluh swasta melalui proses pembelajaran di BPP secara berkelanjutan.
- Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usahatani bagi pelaku utama dan pelaku usaha.
B. Fungsi BPP
BPP Pare ( Balai
Penyuluhan Kecamatan ) mempunyai fungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh,
petani / pelaku utama, dan pelaku usaha untuk memfasilitasi pelaksanaan tugas BPP Pare
C. Aktivitas
- Penyampaian dan penyebaran informasi inovasi teknologi.
- Fasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha.
- Kaji terap / percontohan.
- Pengembangan model usahatani.
- Pemberian rekomendasi dan aksesibilitas sumber teknologi.
- Fasilitasi kerjasama peneliti, penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha.
- Koordinasi dan musyawarah rembug tani.
- Koordinasi mimbar sarasehan.
- Perakitan materi / media dan alat bantu penyuluhan spesifik lokasi.
- Menumbuhkembangkan kepemimpinan kewirausahaan, kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani.
- Layanan terpadu hulu - hilir (One Stop Service) dan layanan informasi berbasis teknologi informasi (cyber extension)
- Layanan klinik konsultasi agribisnis.
- Pemutakhiran data.
- Supervisi, evaluasi, dan pembinaan kinerja penyuluh.
II. SUMBERDAYA MANUSIA (SDM)
A. Penyuluh Pertanian
A. Penyuluh Pertanian
Pendidikan :
SPMA
D-3 Program Studi Penyuluhan Pertanian-U.T
S-1 Budidaya Pertanian
Pengalaman
Usahatani padi, jagung, dan Hortikultura sayuran
Penyuluh Subsektor pertanian dan perikanan
KJF BKP3 Kab./Asisten teknis DPIU FEATI
Sudah mengikuti dan lulus sertifikasi profesi Penyuluh
SPMA
D-3 Program Studi Penyuluhan Pertanian-U.T
S-1 Budidaya Pertanian
Pengalaman
Usahatani padi, jagung, dan Hortikultura sayuran
Penyuluh Subsektor pertanian dan perikanan
KJF BKP3 Kab./Asisten teknis DPIU FEATI
Sudah mengikuti dan lulus sertifikasi profesi Penyuluh
SPMA
S-1 Budidaya Pertanian
Pengalaman :
Pembibitan hortikultura buah-buahan, tanaman hias dan lanscaping
Penyuluh subsektor perkebunan
Pendidikan :
SMA
S-1 Program Peternakan
Pengalaman :
PT. Phokphan, Staff di BKP3 Kab. Kediri
Pendidikan :
SMA
S-1 Program Studi Agronomi
Pengalaman :
SMA
S-1 Program Studi Agronomi
Pengalaman :
Usahatani padi, jagung, dan Hortikultura sayuran
Pendidikan
:
SMA
S-1 Program Pemuliaan
Tanaman
Pengalaman
:
Usahatani
hortikultura sayuran
B. Petugas Dinas Lingkup Pertanian Kecamatan Pare
C. Petugas Operasional BPP Pare
III. SARANA DAN PRASARANA BPP
BPP Kecamatan Pare merupakan salah satu BPP di Kabupaten Kediri yang pernah melaksanakan Program FEATI (Farmer Empowermen throut Agricultural Technology and Information). Sarana prasarana BPP yang dimiliki adalah sebagai berikut :
1. Gedung BPP (bantuan FEATI) dengan fasilitas sebagai berikut :
- Aula pertemuan
- Ruang konsultasi/koordinasi
- Ruang perpustakaan
- Ruang koordinator
- Ruang Penyuluh Pertanian
3. Screen house, kolam ikan, dan kandang ayam
4. Perangkat internet/cyber extension bantuan pusat dan pengadaan daerah
5. Buku Perpustakaan
6. Tempat ibadah/musholla
7. Lokal kios show room (belum berfungsi)
IV. POTENSI WILAYAH KERJA
1. Keadaan Umum
Wilayah kerja BPP Kecamatan Pare mempunyai luas 47,21 km² yang terletak disebelah barat daya Gunung Kelud, tepatnya berada antara 112,1356º BT - 112,2123º BT dengan 7,7620º LS - 7,8133º LS. Ketinggian tempat antara 152-213 meter diatas permukaan laut dengan topografi datar hingga landai. Kemiringan lahan sampai 5 %.
Jenis tanah regosol dan grumusol dengan drainase baik. Kisaran pH antara 5,0 - 6,5 dengan suhu udara antara 21 - 33º C. Sedangkan rata-rata curah hujan selama 5 tahun terakhir di Stasiun Mojolegi sebanyak 1.803 mm/tahun dengan tipe menurut Oldeman termasuk iklim C3
1. Keadaan Umum
Wilayah kerja BPP Kecamatan Pare mempunyai luas 47,21 km² yang terletak disebelah barat daya Gunung Kelud, tepatnya berada antara 112,1356º BT - 112,2123º BT dengan 7,7620º LS - 7,8133º LS. Ketinggian tempat antara 152-213 meter diatas permukaan laut dengan topografi datar hingga landai. Kemiringan lahan sampai 5 %.
Jenis tanah regosol dan grumusol dengan drainase baik. Kisaran pH antara 5,0 - 6,5 dengan suhu udara antara 21 - 33º C. Sedangkan rata-rata curah hujan selama 5 tahun terakhir di Stasiun Mojolegi sebanyak 1.803 mm/tahun dengan tipe menurut Oldeman termasuk iklim C3
2. Jumlah Desa dan Luas Wilayah Kerja
No.
|
Nama Desa
|
LUAS BAKU
LAHAN ( HA )
|
||||
Sawah
|
Tegal
|
Pekarangan
|
Lainnya
|
Jumlah
|
||
1
|
Sidorejo
|
223,64
|
340,00
|
72,69
|
13,67
|
650,00
|
2
|
Sambirejo
|
180,54
|
120,14
|
174,66
|
16,66
|
492,00
|
3
|
Darungan
|
227,10
|
25,59
|
143,46
|
4,85
|
401,00
|
4
|
Tulungrejo
|
306,72
|
0
|
283,66
|
1,62
|
592,00
|
5
|
Sumberbendo
|
192,90
|
55,90
|
155,16
|
8,04
|
412,00
|
6
|
Bendo
|
168,37
|
2,95
|
102,36
|
15,32
|
289,00
|
7
|
Pelem
|
279,62
|
0
|
140,55
|
4,83
|
425,00
|
8
|
T
e r t e k
|
89,16
|
48,30
|
247,29
|
11,25
|
396,00
|
9
|
Gedangsewu
|
189,77
|
249,44
|
351,54
|
47,25
|
838,00
|
10
|
Kelurahan
Pare
|
90,22
|
10,92
|
120,85
|
4,01
|
226,00
|
JUMLAH
|
1.948,04
|
853,24
|
1.792,22
|
127,50
|
4.721,00
|
3. Luas Panen dan Jumlah Produksi
1). Padi dan Palawija
No.
|
Komoditas
|
Luas Panen
(Ha)
|
Rata-2
Provitas (Ton/Ha)
|
Total
Produksi (Ton)
|
Kualitas
|
1.
|
Padi
|
2.078
|
6,77
|
14.068,06
|
GKP
|
2.
|
Jagung
|
2.097
|
6,46
|
13.546,62
|
Pipil
kering
|
3.
|
Ubi
Kayu
|
24
|
21,46
|
515,04
|
Ubi
basah
|
4.
|
Ubi
Jalar
|
13
|
20,35
|
264,55
|
Ubi
basah
|
5.
|
Kedele
|
-
|
-
|
-
|
|
6.
|
Kacang
Tanah
|
14
|
2,80
|
39,20
|
Biji
kering
|
2). Hortikultura Sayuran
No.
|
Komoditas
|
Luas Panen
(Ha)
|
Rata-2
Provitas (Ton/Ha)
|
Total
Produksi (Ton)
|
Kualitas
|
1.
|
Cabe
Kecil
|
20
|
4,5
|
90,0
|
Buah
segar
|
2.
|
Cabe
Besar
|
2
|
14,1
|
28,2
|
Buah
segar
|
3.
|
Tomat
|
8
|
21,0
|
168,0
|
Buah
segar
|
4.
|
Terung
|
8
|
20,0
|
160,0
|
Buah
segar
|
5.
|
Bawang
Merah
|
25
|
11,0
|
275,0
|
Umbi
basah
|
6.
|
Timun
|
9
|
34,0
|
306,0
|
Buah
segar
|
7.
|
Sawi
|
13
|
19,0
|
247,0
|
Daun
segar
|
8.
|
Kacang
Panjang
|
11
|
23,0
|
253,0
|
Buah
segar
|
3). Hortikultura Buah-buahan
No.
|
Komoditas
|
Jumlah
(Batang /
Rumpun)
|
Keterangan
|
1.
|
Durian
|
2.201`
|
|
2.
|
Mangga
|
8.710
|
|
3.
|
Rambutan
|
7.548
|
|
4.
|
Alpukat
|
566
|
|
5.
|
Anggur
|
332
|
|
6.
|
Nangka
|
2.279
|
|
7.
|
Blimbing
|
1.691
|
|
8.
|
Jambu
Biji
|
290
|
|
9.
|
Jambu
Air
|
456
|
|
10.
|
Sirsat
|
8.048
|
|
11.
|
Pisang
|
5.960
|
|
12.
|
Pepaya
|
1.584
|
|
13.
|
Lain-2
|
2.426
|
4). Tebu
No.
|
Desa
|
Luas Panen
(Ha)
|
Rata-2
Provitas (kw/ha)
|
Total
Produksi (Kw)
|
Kualitas
|
||
Sawah
|
Tegal
|
Jumlah
|
|||||
1.
|
Sidorejo
|
159
|
192
|
351,00
|
900
|
315.900
|
Batang
basah
|
2.
|
Sambirejo
|
78
|
117
|
195,00
|
900
|
175.500
|
|
3.
|
Darungan
|
70
|
40
|
110,00
|
900
|
99.000
|
|
4.
|
Tulungrejo
|
31
|
0
|
31,00
|
900
|
27.900
|
|
5.
|
Sumberbendo
|
82
|
39
|
121,00
|
900
|
108.900
|
|
6.
|
Bendo
|
14
|
0
|
14,00
|
900
|
12.600
|
|
7.
|
Pelem
|
15
|
0
|
15,00
|
900
|
13.500
|
|
8.
|
T
e r t e k
|
6
|
48
|
54,00
|
900
|
48.600
|
|
9.
|
Gedangsewu
|
90
|
123
|
213,00
|
900
|
191.700
|
|
10.
|
Kelurahan
Pare
|
7
|
0
|
7,00
|
900
|
6.300
|
|
Jumlah
|
552
|
559
|
1.111
|
999.900
|
4. Ternak dan Ikan
1). Populasi Peternakan
No.
|
Jenis
Ternak
|
Populasi
( Ekor )
|
Keterangan
|
1.
|
Sapi
Potong
|
6.008
|
|
2.
|
Sapi
Perah
|
112
|
|
3.
|
Babi
|
165
|
|
4.
|
Kambing
|
3.700
|
|
5.
|
Domba
|
1.567
|
|
6.
|
Kuda
|
7
|
|
7.
|
Ayam
Buras
|
38.233
|
|
8.
|
Ayam
Ras Petelur
|
957.558
|
|
9.
|
Itik
|
11.424
|
|
10.
|
Entok
|
4.855
|
|
11.
|
Lain-lain
|
401
|
II V. KELEMBAGAAN PETANI
1. Jumlah Kelembagaan Petani
No.
|
Desa
|
Kelompok Tani
|
Gapoktan
|
K.E.P. (KUB,
Koperasi, dll)
|
Ket
|
||
Poktan
|
KWT
|
Taruna
|
|||||
1.
|
Sidorejo
|
3
|
1
|
-
|
1
|
1
|
|
2.
|
Sambirejo
|
5
|
1
|
1
|
1
|
2
|
|
3.
|
Darungan
|
4
|
1
|
-
|
1
|
1
|
|
4.
|
Tulungrejo
|
5
|
1
|
-
|
1
|
-
|
|
5.
|
Sumberbendo
|
3
|
1
|
-
|
1
|
1
|
|
6.
|
Bendo
|
5
|
1
|
-
|
1
|
2
|
|
7.
|
Pelem
|
5
|
1
|
-
|
1
|
2
|
|
8.
|
T
e r t e k
|
4
|
1
|
-
|
1
|
1
|
|
9.
|
Gedangsewu
|
5
|
1
|
-
|
1
|
1
|
|
10.
|
Kel.
Pare
|
3
|
1
|
-
|
1
|
-
|
|
Jumlah
|
42
|
10
|
1
|
10
|
11
|
2. Jumlah Kelompok Tani
NO
|
NIKEL
|
NAMA
POKTAN
|
DUSUN
|
DESA
|
NAMA
KETUA
|
KELAS KELOMPOK
|
1
|
35 06 140 001 01
|
PASIR SUBUR I
|
SIDOREJO
|
SIDOREJO
|
NUGROHO
|
PEMULA
|
2
|
35 06 140 001 02
|
PASIR SUBUR II
|
PURWOHARJO
|
SIDOREJO
|
SARWO WIDODO
|
PEMULA
|
3
|
35 06 140 001 03
|
PASIR SUBUR III
|
KERTOHARJO
|
SIDOREJO
|
CIPTO WIDODO
|
PEMULA
|
4
|
35 06 140 002 01
|
SUMBER PANCUR
|
PAREREJO
|
GEDANGSEWU
|
RIDWAN
|
MADYA
|
5
|
35 06 140 002 02
|
SIDO MUKTI
|
TALUN
|
GEDANGSEWU
|
RIFA’I
|
MADYA
|
6
|
35 06 140 002 03
|
SEJAHTERA
|
PAREREJO
|
GEDANGSEWU
|
M. SUGIONO
|
LANJUT
|
7
|
35 06 140 002 04
|
SIDO MAKMUR
|
GEDANGSEWU TIMUR
|
GEDANGSEWU
|
M. MARZUKI, SPt.
|
LANJUT
|
8
|
35 06 140 002 05
|
MUKTI SEJATI
|
GEDANGSEWU BARAT
|
GEDANGSEWU
|
AGUS KHAYAT
|
LANJUT
|
9
|
35 06 140 003 01
|
TAWANG SARI
|
TAWANG
|
SUMBERBENDO
|
LASMIDI
|
LANJUT
|
10
|
35 06 140 003 02
|
RANDU ALAS
|
SUMBERBENDO
|
SUMBERBENDO
|
MARDOKO
|
LANJUT
|
11
|
35 06 140 003 03
|
L E S T A R I
|
SUMBERJO
|
SUMBERBENDO
|
IBNU JATMIKO
|
LANJUT
|
12
|
35 06 140 004 01
|
RUKUN MULYO
|
REJOSARI
|
DARUNGAN
|
BASUNI
|
MADYA
|
13
|
35 06 140 004 02
|
MARGO MULYO
|
DARUNGAN
|
DARUNGAN
|
NASRULLOH
|
MADYA
|
14
|
35 06 140 004 03
|
A S R I
|
WONOASRI
|
DARUNGAN
|
AHMAD RIFA’I
|
PEMULA
|
15
|
35 06 140 004 04
|
SUKA MAJU
|
TEMPLEK
|
DARUNGAN
|
AHMAD YANI
|
LANJUT
|
16
|
35 06 140 005 01
|
BAHAGIA
|
SUWALUH
|
SAMBIREJO
|
WAKIJAN
|
MADYA
|
17
|
35 06 140 005 02
|
TANI SEJATI
|
WONOSARI
|
SAMBIREJO
|
SUTANTO
|
LANJUT
|
18
|
35 06 140 005 03
|
SUKA USAHA
|
SAMBIREJO
|
SAMBIREJO
|
SUBIYANTO
|
MADYA
|
19
|
35 06 140 005 04
|
SIDO MAKMUR
|
BULUSOBAN
|
SAMBIREJO
|
DJAMINGIN
|
PEMULA
|
20
|
35 06 140 005 05
|
HARAPAN JAYA
|
NAMBAKAN
|
SAMBIREJO
|
MOCH. SAIFUL
|
PEMULA
|
21
|
35 06 140 006 01
|
RUKUN TANI
|
BENDO LOR
|
BENDO
|
H.M. CHAKIM
|
LANJUT
|
22
|
35 06 140 006 02
|
SUBUR
|
BULUAMPAL
|
BENDO
|
PONIMAN
|
LANJUT
|
23
|
35 06 140 006 03
|
TANI RUKUN
|
MOJOLEGI
|
BENDO
|
MUKHLISON
|
MADYA
|
24
|
35 06 140 006 04
|
TANI MAJU
|
BENDO KIDUL
|
BENDO
|
H.M. PUGUH
|
PEMULA
|
25
|
35 06 140 006 05
|
TANI JAYA
|
MOJO DUWUR
|
BENDO
|
SHOLIKIN
|
LANJUT
|
26
|
35 06 140 007 01
|
TANI MAKMUR I
|
NGEBLEK
|
PELEM
|
SUPENO
|
LANJUT
|
27
|
35 06 140 007 02
|
TANI MAKMUR II
|
PELEM
|
PELEM
|
SUNYOTO
|
LANJUT
|
28
|
35 06 140 007 03
|
TANI MAJU I
|
CANGKRING
|
PELEM
|
PONIRAN
|
LANJUT
|
29
|
35 06 140 007 04
|
TANI MAJU II
|
TEMPURAN
|
PELEM
|
SUHARTONO
|
MADYA
|
30
|
35 06 140 007 05
|
TANI MULYO
|
SINGGAHAN
|
PELEM
|
KHOIRUL ANAM
|
MADYA
|
31
|
35 06 140 008 01
|
SARI BUMI
|
MANGUNREJO
|
TULUNGREJO
|
BONAJI
|
LANJUT
|
32
|
35 06 140 008 02
|
DEWI SRI
|
PUHREJO
|
TULUNGREJO
|
KUSEN PUJI
|
LANJUT
|
33
|
35 06 140 008 03
|
SUBUR MAKMUR
|
TEGALSARI
|
TULUNGREJO
|
SUKARDI
|
LANJUT
|
34
|
35 06 140 008 04
|
KARYA BAKTI
|
MULYOASRI
|
TULUNGREJO
|
DADANG S.
|
MADYA
|
35
|
35 06 140 008 05
|
SEJAHTERA I
|
TULUNGREJO
|
TULUNGREJO
|
EKO SUDARTO
|
PEMULA
|
36
|
35 06 140 009 01
|
SARI MULYO
|
PULOSARI
|
KEL. PARE
|
MUDAKIR
|
LANJUT
|
37
|
35 06 140 009 02
|
LANGGENG
|
SEMANDING
|
KEL. PARE
|
SALAMUN
|
LANJUT
|
38
|
35 06 140 009 03
|
BUDI LUHUR
|
KEL. PARE
|
KEL. PARE
|
PEMULA
|
|
39
|
35 06 140 010 01
|
SIDO MAJU
|
SEMANDING ETAN
|
TERTEK
|
AHMAD SAHAL
|
LANJUT
|
40
|
35 06 140 010 02
|
SIDO RUKUN
|
JOMBANGAN
|
TERTEK
|
WARDAN
|
LANJUT
|
41
|
35 06 140 010 03
|
SIDO MAKMUR
|
TERTEK
|
TERTEK
|
SAIFUDIN J.
|
LANJUT
|
42
|
35 06 140 010 04
|
BAHAGIA
|
SEMADING KULON
|
TERTEK
|
A. ROZIQIN
|
PEMULA
|
Langganan:
Postingan (Atom)