Minggu, 13 Desember 2015

MENERAPKAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN

     I.     PENDAHULUAN.
Metode penyuluhan pertanian yang efektif sebaiknya dipilih dan ditetapkan berdasarkan karakteristik sasaran, sumber daya yang dimiliki, materi, dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam menerapkan metode penyuluhan pertanian terdapat kaidah-kaidah yang harus diikuti oleh penyuluh pertanian sehingga metode menjadi efektif.
Prinsip-prinsip yang menjadi landasan dalam memilih metode penyuluhan pertanian antara lain : Berfikir untuk pengembangan kreatif; Kegiatan penyuluhan bertempat dilokasi berlangsungnya kegiatan petani; Kegiatan penyuluhan lebih efisien jika diterapkan kepada beberapa warga masyarakat yang diakui oleh lingkungannya sebagai “panutan” yang baik; Menciptakan hubungan akrab dengan penerima manfaat; Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan perilaku, ketrampilan dan sikap bagi petani sebagai penerima manfaat.

II.   MENERAPKAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN.
Beberapa jenis metode penyuluhan pertanian yang dapat diterapkan sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/12/2009 antara lain :
1.    Ceramah, yaitu penyampaian informasi secara lisan kepada pelaku utama, pelaku usaha dan/atau tokoh masyarakat dalam suatu pertemuan.
2.    Diskusi, yaitu pertemuan dengan jumlah peserta ± 20 orang dan biasanya dilaksanakan untuk bertukar pendapat mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan, atau mengumpulkan saran-saran untuk memecahkan permasalahan.

3.    Kunjungan Rumah / Tempat Usaha, yaitu kunjungan terencana oleh Penyuluh ke rumah atau tempat usaha pelaku utama dan/atau pelaku usaha.
4.    Obrolan Sore, yaitu percakapan santai dan akrab antar pelaku utama yang dilakukan sore hari mengenai pengembangan usahatani dan pembangunan pertanian.
5.    Penyebaran Leeflet, folder, brosur dan Majalah.
Merupakan metode penyuluhan dengan membagikan selebaran secara tertulis pada saat-saat tertentu, yaitu saat pertemuan, pameran dan lain lain.
6.    Demonstrasi, yaitu peragaan suatu teknologi (bahan, alat, cara ) dan atau hasil penerapan secara nyata yang dilakukan oleh demonstrator kepada pelaku utama dan pelaku usaha.
Ditinjau berdasarkan materi peragaan, terdapat demonstrasi cara, demonstrasi hasil, dan gabungan antara cara/hasil.
Ditinjau dari luas areal dan jumlah pelaksana terdapat Demplot, Dem Farm dan Dem Area.
7.    Kaji Terap, yaitu ujicoba teknologi yang dilakukan oleh pelaku utama untuk meyakinkan teknologi anjuran dibandingkan dengan teknologi yang pernah diterapkan, atau sebelum diterapkan/dianjurkan oleh pelaku utama lainnya.
8.    Temu Lapang ( Field Day ), yaitu pertemuan antara pelaku utama dan pelaku usaha dengan Penyuluh Pertanian dan/atau peneliti/ahli pertanian di lapangan untuk mendiskusikan keberhasilan usahatani dan/atau mempelajari teknologi yang sudah diterapkan.
9.    Temu Karya, yaitu pertemuan sesama pelaku utama dan pelaku usaha untuk tukar menukar informasi, pengalaman dan gagasan dalam kegiatan usahatani.
10. Temu Tugas, yaitu pertemuan berkala antara pengemban fungsi penyuluhan, peneliti, fungsi pengaturan dan pelayanan dalam rangka pemberdayaan petani beserta keluarganya.
11. Temu Usaha, yaitu pertemuan antara pelaku utama dengan pelaku usaha/ pengusaha dibidang agribisnis dan/atau agroindustri agar terjadi tukar menukar informasi berupa peluang usaha, permodalan, teknologi produksi, paska panen, pengolahan hasil serta pemasaran hasil, dengan harapan akan terjadi kontrak kerjasama.
12. Temu Wicara, yaitu dialog antara pelaku utama dan pelaku usaha dengan pejabat pemerintah untuk membicarakan perkembangan dan pemecahan masalah pembangunan pertanian.

13. Karya Wisata, yaitu kegiatan peninjauan  oleh sekelompok pelaku utama untuk melihat dan mempelajari keberhasilan penerapan teknologi usahatani di satu atau beberapa tempat.

14. Widya Wisata, yaitu suatu perjalanan bersama yang dilakukan oleh kelompok tani untuk belajar dengan melihat suatu penerapan teknologi dalam keadaan yang sesungguhnya, atau melihat suatu akibat tidak diterapkannya suatu teknologi.
15. Metode lainnya secara lengkap pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/12/2009 tanggal 4 Desember 2009.

Dalam menerapkan metode penyuluhan perlu dipertimbangkan keadaan tahapan adopsi dari penerima penyuluhan pertanian. Seseorang dalam mempelajari sesuatu akan mengalami proses adopsi yang berlangsung secara bertahap melalui serangkaian pengalaman mental psikologis sebagai berikut :
1.    Tahap penumbuhan kesadaran, dimana seorang sekedar ingin tahu adanya suatu gagasan / ide atau praktek baru untuk pertama kalinya.
2.    Tahap pertumbuhan minat, dimana seseorang ingin mengetahui lebih banyak  perihal baru dan berusaha mencari informasi lebih lanjut.
3.    Tahap menilai, dimana  seseorang  mampu membuat  perbandingan.
4.    Tahap mencoba, dimana seseorang mulai mencoba gagasan baru atau praktek baru yang disampaikan.
5.    Tahap menerima atau menerapkan, dimana seseorang meyakini gagasan atau praktek baru itu dan mulai menerapkan sepenuhnya secara  berkelanjutan di dalam  usahataninya

Berdasarkan tingkat tahapan adopsi sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha ) sehingga dapat memilih jenis metode penyuluhan yang sesuai untuk diterapkan dalam kegiatan penyuluhan.  Misalnya sasaran yang akan diberikan penyuluhan masih berada pada tahap penumbuhan kesadaran terhadap suatu inovasi teknologi, maka jenis metode penyuluhan yang akan diterapkan adalah metode ceramah atau metode diskusi dalam pertemuan kelompok. Sedangkan apabila sasaran berada pada tingkatan tahap penumbuhan minat, maka jenis metode penyuluhan yang digunakan adalah demplot atau petak percontohan. Selanjutnya bila sasaran tahap adopsinya berada pada tahap menilai maka metode penyuluhan yang diterapkan adalah kaji terap atau kombinasi beberapa metode yang lain yaitu kaji terap, temu lapang dan diskusi.

Perlu diketahui bahwa penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu proses belajar mengajar  karena  panca indera tersebut terlibat di dalamnya.  Hal ini dinyatakan oleh Socony Vacuum Oil Co. yang di dalam penelitiannya memperoleh hasil sebagai berikut : 1 %  melalui indera pengecap;  1,5 % melalui  indera  peraba;  3,5 % melalui  indera pencium; 11 % melalui indera  pendengar dan 83 % melalui indera penglihatan.

III. KESIMPULAN.
Sebagai Penyuluh Pertanian tentu mengharapkan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakannya mampu menunjukkan dampak nyata bagi penerima manfaat, yaitu kelompok tani, petani beserta keluarganya sebagai pelaku utama maupun pelaku usaha dibidang pertanian.  Sehingga salah satu yang perlu dipikirkan dalam menerapkan metode penyuluhan adalah mempertimbangkan prinsip-prinsip sesuai uraian tersebut diatas. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Referensi :
1.    Peraturan Menteri Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/12/2009 Tentang Metode Penyuluhan Pertannian.
2.    Menerapkan Metode Penyuluhan Pertanian level Supervisor; BPPSDMP Kementerian Pertanian, Jakarta 2010.


Ditulis Oleh Setiono, Penyuluh Pertanian Madya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar