I.
PENDAHULUAN.
Metode penyuluhan pertanian yang efektif sebaiknya dipilih dan
ditetapkan berdasarkan karakteristik sasaran, sumber daya yang dimiliki,
materi, dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam menerapkan metode penyuluhan
pertanian terdapat kaidah-kaidah yang harus diikuti oleh penyuluh pertanian sehingga
“metode” menjadi efektif.
Prinsip-prinsip yang menjadi landasan dalam
memilih metode penyuluhan pertanian antara lain : Berfikir untuk pengembangan kreatif;
Kegiatan penyuluhan bertempat dilokasi berlangsungnya kegiatan petani; Kegiatan penyuluhan lebih efisien jika diterapkan kepada
beberapa warga masyarakat yang diakui oleh lingkungannya sebagai “panutan” yang
baik; Menciptakan hubungan akrab dengan penerima manfaat; Memberikan sesuatu
untuk terjadinya perubahan perilaku, ketrampilan dan sikap bagi petani sebagai
penerima manfaat.
II.
MENERAPKAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN.
Beberapa jenis metode penyuluhan
pertanian yang dapat diterapkan sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor
52/Permentan/OT.140/12/2009 antara lain :
1.
Ceramah, yaitu penyampaian
informasi secara lisan kepada pelaku utama, pelaku usaha dan/atau tokoh
masyarakat dalam suatu pertemuan.
2.
Diskusi, yaitu pertemuan dengan jumlah peserta ± 20 orang
dan biasanya dilaksanakan untuk bertukar pendapat mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan,
atau mengumpulkan saran-saran untuk memecahkan permasalahan.
3.
Kunjungan Rumah / Tempat Usaha, yaitu kunjungan terencana
oleh Penyuluh ke rumah atau tempat usaha pelaku utama dan/atau pelaku usaha.
4.
Obrolan Sore, yaitu percakapan santai dan akrab antar
pelaku utama yang dilakukan sore hari mengenai pengembangan usahatani dan
pembangunan pertanian.
5.
Penyebaran Leeflet, folder, brosur dan Majalah.
Merupakan
metode penyuluhan dengan membagikan selebaran secara tertulis pada saat-saat
tertentu, yaitu saat pertemuan, pameran dan lain lain.
6.
Demonstrasi, yaitu peragaan suatu teknologi (bahan, alat,
cara ) dan atau hasil penerapan secara nyata yang dilakukan oleh demonstrator
kepada pelaku utama dan pelaku usaha.
Ditinjau
berdasarkan materi peragaan, terdapat demonstrasi cara, demonstrasi hasil, dan
gabungan antara cara/hasil.
Ditinjau
dari luas areal dan jumlah pelaksana terdapat Demplot, Dem Farm dan Dem Area.
7.
Kaji Terap, yaitu ujicoba teknologi yang dilakukan oleh
pelaku utama untuk meyakinkan teknologi anjuran dibandingkan dengan teknologi
yang pernah diterapkan, atau sebelum diterapkan/dianjurkan oleh pelaku utama
lainnya.
8.
Temu Lapang ( Field Day ), yaitu pertemuan antara pelaku
utama dan pelaku usaha dengan Penyuluh Pertanian dan/atau peneliti/ahli
pertanian di lapangan untuk mendiskusikan keberhasilan usahatani dan/atau
mempelajari teknologi yang sudah diterapkan.
9.
Temu Karya, yaitu pertemuan sesama pelaku utama dan
pelaku usaha untuk tukar menukar informasi, pengalaman dan gagasan dalam
kegiatan usahatani.
10.
Temu Tugas, yaitu pertemuan berkala antara pengemban
fungsi penyuluhan, peneliti, fungsi pengaturan dan pelayanan dalam rangka
pemberdayaan petani beserta keluarganya.
11.
Temu Usaha, yaitu pertemuan antara pelaku utama dengan
pelaku usaha/ pengusaha dibidang agribisnis dan/atau agroindustri agar terjadi
tukar menukar informasi berupa peluang usaha, permodalan, teknologi produksi,
paska panen, pengolahan hasil serta pemasaran hasil, dengan harapan akan
terjadi kontrak kerjasama.
12.
Temu Wicara, yaitu dialog antara pelaku utama dan pelaku
usaha dengan pejabat pemerintah untuk membicarakan perkembangan dan pemecahan
masalah pembangunan pertanian.
13.
Karya Wisata, yaitu kegiatan peninjauan oleh sekelompok pelaku utama untuk melihat
dan mempelajari keberhasilan penerapan teknologi usahatani di satu atau
beberapa tempat.
14.
Widya Wisata, yaitu suatu perjalanan bersama yang
dilakukan oleh kelompok tani untuk belajar dengan melihat suatu penerapan
teknologi dalam keadaan yang sesungguhnya, atau melihat suatu akibat tidak
diterapkannya suatu teknologi.
15.
Metode lainnya secara lengkap pada Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 52/Permentan/OT.140/12/2009 tanggal 4 Desember 2009.
Dalam
menerapkan metode penyuluhan perlu dipertimbangkan keadaan tahapan adopsi dari
penerima penyuluhan pertanian. Seseorang dalam mempelajari
sesuatu akan mengalami proses adopsi yang berlangsung secara bertahap melalui
serangkaian pengalaman mental psikologis sebagai berikut :
1.
Tahap penumbuhan kesadaran, dimana seorang sekedar ingin
tahu adanya suatu gagasan / ide atau praktek baru untuk pertama kalinya.
2.
Tahap pertumbuhan minat, dimana seseorang ingin mengetahui
lebih banyak perihal baru dan berusaha
mencari informasi lebih lanjut.
3.
Tahap menilai, dimana
seseorang mampu membuat perbandingan.
4.
Tahap mencoba, dimana seseorang mulai mencoba gagasan baru atau praktek baru yang disampaikan.
5.
Tahap menerima atau menerapkan, dimana seseorang
meyakini gagasan atau praktek baru itu dan mulai menerapkan sepenuhnya secara
berkelanjutan di dalam
usahataninya
Berdasarkan tingkat tahapan adopsi
sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha ) sehingga dapat memilih jenis metode penyuluhan
yang sesuai untuk diterapkan dalam kegiatan penyuluhan. Misalnya sasaran
yang akan diberikan penyuluhan masih berada pada tahap penumbuhan kesadaran terhadap suatu inovasi teknologi, maka jenis metode penyuluhan yang akan diterapkan adalah
metode ceramah atau metode diskusi dalam pertemuan kelompok. Sedangkan apabila sasaran berada pada tingkatan
tahap penumbuhan minat, maka jenis metode penyuluhan yang digunakan adalah
demplot atau petak percontohan. Selanjutnya bila sasaran tahap adopsinya berada pada
tahap menilai maka metode penyuluhan yang diterapkan adalah kaji terap atau
kombinasi beberapa metode yang lain yaitu kaji terap, temu lapang dan diskusi.
Perlu diketahui bahwa penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu proses
belajar mengajar karena panca indera tersebut terlibat di dalamnya. Hal ini dinyatakan oleh Socony Vacuum Oil Co.
yang di dalam penelitiannya memperoleh hasil sebagai berikut : 1 % melalui indera pengecap; 1,5 % melalui
indera peraba; 3,5 % melalui
indera pencium; 11 % melalui indera
pendengar dan 83 % melalui indera penglihatan.
III.
KESIMPULAN.
Sebagai
Penyuluh Pertanian tentu mengharapkan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakannya
mampu menunjukkan dampak nyata bagi penerima manfaat, yaitu kelompok tani,
petani beserta keluarganya sebagai pelaku utama maupun pelaku usaha dibidang
pertanian. Sehingga salah satu yang
perlu dipikirkan dalam menerapkan metode penyuluhan adalah mempertimbangkan
prinsip-prinsip sesuai uraian tersebut diatas. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Referensi :
1. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
52/Permentan/OT.140/12/2009 Tentang Metode
Penyuluhan Pertannian.
2. Menerapkan Metode Penyuluhan Pertanian level Supervisor;
BPPSDMP Kementerian Pertanian, Jakarta 2010.
Ditulis
Oleh Setiono, Penyuluh Pertanian Madya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar